Pembantuku Menggantikan Fungsi Istriku
Written By Lucky Girl on Sabtu, 09 April 2016 | Sabtu, April 09, 2016
Bukusexx
- Namaku Toni, umur 31 tahun tapi di umur 30 aku sudah menduda dengan
meninggalkan anak berumur 5 tahun. Jadi pada tahun 2000 aku mengalami
konflik rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan lagi selain di meja
hijau.
Perceraianku dengan istriku meninggalkan banyak masalah
dan membuat perubahan besar dalam hidupku antara lain, anak, rumah,
hubungan dengan orang tua dan lain-lain, salah satunya adalah nasib
pembantuku, Titis yang sudah bekerja mengasuh anakku selama 2 tahun.
Titis adalah sosok gadis desa yang polos. 2 tahun lalu dia aku jemput dari bilangan Serang.
Umurnya
pada saat baru kerja denganku baru 17 tahun dimana dia baru tamat SMP
dan tidak mampu lagi untuk meneruskan sekolah karena kondisi keluarganya
yang sangat memprihatinkan.Di usianya yang masih belia dia harus
menghidupkan keluarganya dan adik-adiknya.
Selama kerja di
tempatku dia diperlakukan dengan sangat baik dan sudah kuanggap
keluargaku sendiri dan dia pun bekerja sangat rajin dan penuh perhatian
dengan anakku.
Namun konflik rumah tanggaku mempengaruhi nasib Titis yang sangat menggatungkan hidupnya dengan keluargaku.
Malam
itu disaat istriku minggat dari rumah, dia datang kepadaku duduk di
lantai menundukkan kepalanya sambil menangis, di tangangya menggenggam
sebuah tas besar seperti siap-siap mau pergi jauh sambil menangis dia
berkata.
“Pak Titis pamit, tapi Titis bingung mau kemana Titis enggak enak dengan keadaan di rumah ini”
Lalu aku berusaha menahannya untuk tidak pergi malam itu.
“Tis Ibu sudah pergi dan saya cerai bukan berarti saya mengusir kamu, kamu mau pergi kemana? Malam malam gini bahaya dijalan”
“Dan
kamu pikirkan dengan keluarga kamu kalau kamu tidak bekerja”. Kemudian
Titis kelihatannya mau mengerti dan dia berjalan kembali ke kamarnya.
Keesokan
harinya dia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, manyapu,
mengepel dan lain-lain. Sedangkan aku disibukkan dengan masalah rumah
tangga yang lagi berantakan.
6 bulan berselang aku hidup di
rumah sendirian dan ditemani Titis yang membantu mengurusi rumah. Aku
stress menghadapi masalah perceraianku tapi untungnya Titis gadis polos
itu baik sekali, apa apa yang bisanya di siapkan oleh istriku dia
kerjakan seperti menawarkan sarapan, membuatkan kopi, menyiapkan
pakaian.
Aku terharu sekali dengan keadaanku dimana disaat Aku
kehilangan seseorang, tapi aku mendapatkan perhatian dari seseorng yang
sebelumnya tidak pernah kuduga yaitu Titis gadis polos yang baik sekali.
Lalu
aku juga membalas kebaikannya dengan memenuhi segala kebutuhannya. Aku
jadi sering pergi bareng untuk belanja kebutuhan sehari hari sekaligus
membelikan pakaian yang layak untuknya.
Namun Titis tetap menjaga
kesopanan dan menjaga jarak antara seorang pembantu dan majikannya.
Kalau pergi pun dia selalu duduk di belakang.
Malam itu sepulang aku pergi berbelanja dengan dia, hujan deras sekali
dan kita harus berlari kehujanan untuk menurunkan barang dari mobil.
Dan
setelah selesai kami berdua bergegas ke dapur untuk merapihkan barang
tersebut. Dengan tubuh yang basah kuyup Titis menyodorkan handuk kering
kepadaku.
“Pak badannya dikeringin dulu nanti sakit”.
Aku
terharu sekali dengan perhatiannya, sudah lama aku haus akan kasih
sayang seperti itu. Aku terima handuk tersebut sambil memandangi wajah
cantiknya yang basah.
Air diwajahnya menambah kecatikan
polos wajahnya apalagi diterangi oleh lampu dapur yang kekuning
kuningan, kemudian dengan handuk yang diberikannya aku seka wajahnya.
“Kamu saja Tis, aku enggak mau kamu sakit, aku sayang sama kamu Tis”
Dia tekejut sekali dan menunduk”Bapak apa-apaan sih? Titis kan pembantu”
“Enggak Tis kamu seperti gadis yang lain, kamu cantik sekali”.
Kemudian
kupeluk tubuhnya yang pendek dan sintal itu. Kepalanya tepat berada di
dadaku. Pada saat kupeluk dia mengencangkan badannya seolah menolak,
tapi melemah seolah menerima.
“Pak jangan pak.. Titis takut”.
Kuusap keningnya yang basah dan kukecup jidatnya yang halus.
“Tapi apa aku salah kalau aku sayang sama kamu Tis?”
Tubuh
Titis seperi lemas tanpa daya, bibirku terus merayap ke mata terus ke
hidungnya seolah menyapu wajahnya yang halus dan putih. Suaranya yang
halus dan mendesah terus mengucapkan.
“Titis takut pak, Titis takut”.
Namun gerak tubuhku terus menggeliat di tubuhnya.
“Tenang Tis Kamu aman bersama aku”.
Lalu kuhinggapkan bibirku di di bibirnya yang tebal, kuhisap lembut bibir bawahnya, sembari aku mainkan lidahku di mulutnya.
Terasa
di balik buah dadanya yang montok itu detak jantungnya yang berdegup
kencang. Sambil terus berpelukan dan berciuman kami melangkah kecil
menuju ruang tengah dekat dapur dan kududukan dia di sofa.
Kuberanikan
tangan kanan menelusup ke balik kausnya yang basah tersebut dan
kususupkan jari jemariku ke pangkal buah dadanya yang halus sampai
berputar putar di sekitar aerolanya. Suara Titis semakin melemah.
“Pak.. Pak Toni mmhh”..
Titis berusaha melipat badannya agar aku sulit meraih buah dadanya, Tapi Titis tidak berdaya.
Begitupun
ketika tangan kiriku menelusup ke dalam selangkanya melalui rok
panjangnya yang tersingkap ke atas dia berusaha menutup pahanya
rapat-rapat.
Tapi akhirnya melemah ketika jari tengahku berhasil
menyentuh celah kemaluanya yang beTisdir dibalik celana dalamnya yang
kumal, kini tidak ada kata-kata lain yang terucap dibalik desahannya
selain.
“Pak Toni mmhh.. Pak.. Pak”.
Sekarang
intensitasku berpusat di kemaluannya, kumainkan clitorisnya dengan
gerakan berputar dan sedikit menekan, cairan Tisdir terus mengalir dari
kemaluan Titis sampai ke liang duburnya.
Memang benar kata
orang, kalau wajahnya putih kemaluannya cepat basah. Ketika jari
tengahku mulai menyusup ke liang kemaluannya Titis menahan tanganku
sembari berkata.
“Pak Titis masih perawan jangan ya pak”.
Kuhormati
permintaannya. Dilain pihak kugantikan peran tanganku yang di dada
dengan mulut, kubuka kaus putihnya yang tinggal hanya BH kumal yang
sudah kukendorkan.
Kumainkan lidahku di sekitar puting dan
arolanya, Titis semakin menggelinjang tanpa bisa di kontrol lagi,
desahannya berubah menjadi erangan-erangan halus.
“Aaarghh..! Arrghh”
wajahnya
yang putih polos berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dan di
tangan kiriku kemaluannya menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Di
telinganya kubisikan.
“Tis aku sayang sama kamu, kalau kamu
mengijinkan aku untuk memberikan kebahagiaan yang belum pernah kamu
rasakan sebelumnya aku akan memberikannya, tapi aku tidak mau memaksakan
kamu, karena aku tidak mau menyakiti kamu”.
Mata polos Titis berbinar sambil memandang ke arah mataku.
“Nikahi Titis ya pak, Titis mau memberikan ini untuk bapak” sambil menuntun tangan kiriku ke arah kemaluannya.
Dari
sofa Titis kugendong ke kamar dimana sudah lama tempat tidur itu dingin
setelah perceraianku. Di tempat tidur itu kutanggalkan seluruh
pakaiannya sehingga yang tersisa hanya tubuh bogelnya yang putih. Begitu
pun aku menanggalkan pakaianku tanpa sehelai benang pun.
Aku mulai permainan dari awal dengan menciumi wajahnya, kemudian lehernya.. Kutanamkan kepercayaan kalau aku sayang sama dia.
Sambil mengusap keningnya kuciumi putingnya, pelan-pelan kuhisap puting susunya yang bulat dan kemerahan.
Tangan kiriku memainkan clitorisnya yang basah. Tubuh Titis menggelinjang kuat sembari mendesah manja.
“Aaah Pak aahh mm aah”.
Setelah
puas bergumul dengan buah dadanya bibir gua terus merayap ke bawah..
Dan hinggap di belantara bulu kemaluannya yang halus.
Kedua
pahanya kubuka lebar-lebar sampai terlihat celah kemaluan yang memerah
dan berlendir, kusapu celah dubur ke atas sampai ke clitoris dengan
lidahku.
Kumainkan biji clitorisnya dengan lidahku dengan
gerakan memutar dan memijat, Titis gadis polos itu berubah menjadi macan
betina dia mengelinjang hebat disertai jeritan-jeritan manja ketika
bibirku mengigit pelan clitorisnya. Kedua pahanya terasa keras menjepit
kepalaku, sembari memekikan erangan.
“Pak! Aaacgghaahh aagghh
pak, Titis kenapa nihh rasanya ada yang mau keluar aggrrggh.. Titis
sudah enggak kuat mau ngeluarin pak!!”
Kemudian jepitannya melemah sambari menggeliat keringat birahi disekujur tubuhnya membuat tubuhnya menjadi seperti berminyak.
Rupanya dia mengalami klimaks untuk pertama kalinya, kemudian kuciumi wajahnya yang berkeringat tersebut.
“Kamu bahagia Tis?”
Matanya berkaca tapi mengangguk.
“Kamu akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dari ini Tis”
Sembari
kuarahkan penisku ke liang kemaluannya, terasa degup jantungnya
bertambah keras ketika kepala penisku menyentuh bibir bagian dalam
kemaluannya.
“Pak jangan!” dia bergumam
“Tenang sayang enggak sakit kok”.
Sedikit
demi sedikit kepala penisku desapkan ke liang kemaluanya, Titis sedikit
meringis disertai desahan manjanya, lama juga kutekan-tekan penisku di
liang kemaluannya, agak susah ditembus karena bibir kemaluan bagian
dalamnya cukup tebal.
Setelah perjuangan yang cukup lama
akhirnya baru kepala penisku yang masuk, aku kemudian memeluk tubuhnya
erat sembari membisikkan.
“Maaf ya sayang ini agak sakit, masalahnya kamu masih perawan”
“Pak Titis sayang sama bapak”.
Kemudian Sleep! kudorong kuat penisku diserai jeritan halus Titis
“Aaahh!!”
Dari kemaluanya mengalir Tisdir disertai darah segar yang kemudian menodai sprei.
“Makasih ya sayang” kubisikan ke telinga Titis.
Kemudian gerakan kulanjutkan naik turun seirama dengan erangan Titis, agghh Pak aagghh! Tubuh Titis menggeliat liar mengikuti gerak pinggul, gerakan semakin cepat naik turun semakin kupercepat seiring dengan kenikmatan yang kurasakan.
Ketika pinggulnya menarik kebawah terasa sekali bibir kemaluannya seperti menyedot penisku, akupun mengerang kenikmatan.
Sudah tidak terasa sudah 10 menit tubuhku dan tubuh Titis berpacu untuk mendapatkan puncak kenikmatan, kami berdua saling menekan kemaluan kita masing masing, ketika gerakan naik turun kugantikan dengan gerakan memutar sambil menekan keras penisku ke arah atas, Titis menjerit keras.
“Aagghhk!! Titis sudah enggak kuat paakk!! aaggkkhh!”
Sembari memeluk tubuhku erat erat diiringi kemaluannya terasa berdenyut,”Titis puas Pak Titis puas!”
“Aku juga mau keluar Tiiisss!!” Aku tekan penis kuat-kuat di kemaluannya sembari menyemburkan sperma hangat di kemluannya”Sayaang!!”.
Lalu dengan tubuh yang dilumuri keringat birahi kami berdua berpelukan, dan berciuman. Titis menangis dia menyesal sekali.
Aku pun menyesal telah menodai wanita yang baik sekali. Isak tangisnya terus menerus sampai akhirnya kami berdua tertidur berpelukan.
Jam tiga pagi malam yang sama aku terbangun menatap tubuh Titis yang terkulai, kubisikan kata-kata cinta di telinganya.
“Tis Aku mencintaimu dan ingin menikahimu”.
Kucium bibirnya, belum lagi kering air matanya kucium leher dan dadanya, rupanya aku terangsang lagi.
Kedua pahanya yang putih kuangkat dan kubengkek ke atas tanpa basa basi langsung kudesapkan penisku yang tegang lagi ke liang kemaluannya.
Titis terbangun dan terkejut tanpa basa-basi telebih dahulu kumainkan irama keras lagi di kemaluannya dia hanya bisa menjerit kenikmatan.
“Agghh agghh bapak kok enggak bilang-bilang oohh oohh, vagina Titis sakit pak!”
Tapi lama kelamaan Titis merasakan kenikmatan dari setiap gesekan penisku.
“Terus Pak.. Terus agghh terus Pak Toni”
Terus kubalik badan Titis menjadi dia di atas.
“Coba kamu Tis yang gerak”
Titis duduk tepat diatas pinggulku, dengan sedikit kikuk dia berusaha menggerakan pinggulnya.
“Aghh.. Eaghh Titis enggak kuat Pak ngilu di memek Titis”.
Memang dengan posisi dia di atas tekanan penisku di clitorisnya semakin kencang. Lalu kubantu menggerakkan pinggulnya dengan tanganku.
“Terus sayang gerakin”
Titis merajuk manja,”Ahh Pak ngilu”
Aku enggak hiraukan rajukannya sekarang kubantu gerakan pinggulku ke atas dan kebawah, Titis terus mengerang kuat, tapi lama kelamaan dia bisa menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang, sambil kadang kadang menjerit..
“Terus sayang terus” aku bergumam Titis sudah pinter sekarang, Gerakan Titis semakin hebat dan menekan semakin kuat..
“Titis sudah hampir Pakk!”
“Sudah sayang keluarin aja”
Titis kemudian memelukku erat-erat sembari menjerit.
“Ooohh! Aaagghh!! Titis keluar pak..”
“Gantian aku yaa!”
Kemudian dengan cepat, tanpa melepaskan penis di kemaluannya kubalik, sekarang badanku di atas dan kedua kaki pendek Titis melingkar di dadaku.
Kumainkan lagi gerakan naik turun, kurojok-rojok kemaluannya selama beberapa menit, keras terdengar suara ciplakan air yang membanjiri kemaluan Titis, terus kutekan sekuat kuatnya vagina Titis dan.
“Titis aku keluar lagii Tis..”
“Paakk Titis jugaa agghh!”
Kemudian kami berdua lemas tertidur dengan raut wajah penuh kepuasan. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah bagi kami berdua.
Dan sejak itu kami menjadi tidak canggung untuk melakukannya dan akhirnya barang dan baju Titis pindah ke kamarku.
(pernikahan orang kristen, keluarga kristen, nikah kristen, pernikahan islam kristen, doa pernikahan kristen, hak dan kewajiban anak di ruma)