Cinta Satu Malam

cari facebook saya
 Cinta Satu Malam

Sejak bercerai dengan suamiku, aku tinggal di sebuah rumah kos tak jauh dari tempat aku bekerja, karena ketika menikah aku belum punya rumah sendiri. Begitupun anak, aku tidak punya. Waktu itu usiaku 32 tahun.

Perceraian itu sangat menyakitkan karena suamiku berselingkuh dengan mantan pacarnya waktu SMP. Mereka bertemu dalam sebuah seminar dan lalu mulai saling kontak hingga akhirnya ke tempat tidur. Hubungan mereka berjalan hampir dua tahun ketika perselingkuhan mereka dipergoki oleh suami selingkuhannya. Selingkuhannya dicerai oleh suaminya, sedangkan suami dipecat dari pekerjaannya.

Gara-gara perceraian itu aku berhenti dari pekerjaanku dan melanglang ke beberapa kota untuk menenangkan diri. Di sebuah kota, sebut saja kota Y, aku sempat bekerja beberapa bulan, tapi kemudian mengundurkan diri untuk mencari pengalaman baru di kota lain lagi.

Di kota Z, aku di terima bekerja di sebuah perusahaan swasta terkemuka. Baru 3 bulan aku bekerja, aku diperintahkan untuk menjadi wakil manager cabang di kota X, yang artinya aku harus kembali ke kota di mana mbak Ina (nama samaran) kakak kandungku tinggal bersama keluarganya.

Berat rasanya harus kembali ke kota X yang penuh kenangan buruk kehidupan perkawinanku. Tapi karena aku merasa nyaman bekerja di perusahaan itu, di samping gajinya jauh lebih besar daripada gaji yang kuterima sebelumnya, akupun menguatkan hati untuk menerima tugas itu. Selain itu juga karena ada mbak Ina.

Seperti halnya aku, mbak Ina juga pendatang di kota X ini. Hanya saja ia lebih dulu tinggal di sini sejak mas Jamal dapat tawaran kerja baru dengan gaji dan fasilitas yang lebih baik dari pada sebelumnya. Mbak Ina jugalah yang membantuku mengurus perceraianku, karena sejak suamiku kepergok selingkuh, aku langsung pergi dari rumah kontrakan yang kutinggali bersama mantan suamiku untuk kemudian menetap sementara di kota Y.

Sejak mulai bekerja di kota X lagi sebenarnya aku punya cukup banyak “penggemar” dalam arti laki-laki yang mendekatiku. Tapi aku masih trauma dengan kejadian di masa lalu, walaupun ada salah satu dari mereka yang menarik hatiku dan hubungan kami sudah cukup dekat, namun aku belum berani memutuskan untuk menerima cintanya. Dia adalah seorang duda beranak satu dan mempunyai kedudukan mapan di sebuah instansi pemerintah. Sebut saja namanya Adit, umurnya sekitar 40 tahunan.

Suatu hari mbak Ina mendatangiku di kantor dan minta tolong padaku untuk menjaga anak-anaknya, karena mas Jamal (suami mbak Ina), sebut saja begitu, tidak bisa cuti, bahkan harus kerja lembur hingga larut malam mengawasi proyek yang harus dikebut. Sementara mbak Ina sendiri mengikuti acara keagamaan bersama rombongan ibu-ibu warga kampungnya ke luar kota dan baru pulang esok harinya.
cari facebook saya

Jadilah hari itu aku cuti kerja untuk menjaga anak-anak mbak Ina. Bagiku, rumah mbak Ina sudah seperti rumahku sendiri karena aku sudah terbiasa menginap di situ saat libur. Lagipula, pasca cerai aku sempat tinggal di rumah mbak Ina selama hampir 1 bulan sebelum aku mendapatkan tempat kos yang cocok.

Tak heran kalau anak-anak mbak Ina cukup dekat denganku dan aku sangat sayang pada mereka. Anak mbak Ina yang pertama, Ika (nama samaran), sudah kelas 5 SD, sedangkan yang kedua, Oki (nama samaran), masih 2 tahun. Bagiku mereka sudah kuanggap seperti anakku sendiri karena aku tidak punya anak.

Jika menginap di rumah mbak Ina, aku biasanya tidur di kamar Ika, walaupun ada satu kamar kosong yang sengaja disediakan jika ada kerabat yang datang menginap di situ. Karena Oki masih kecil, ia tidur bersama mbak Ina dan Mas Jamal.

Kadang aku iri melihat kebahagiaan rumah tangga mbak Ina. Ia sungguh beruntung. Suaminya baik, anak-anaknya pun cakep-cakep dan sehat. Aku hanya bisa menatap pilu saat mereka berkumpu bersama dan bersenda-gurau.

Hari itu aku tak berencana untuk menginap, karena kupikir mas Jamal lembur tidak sampai larut malam. Jadi bila mas Jamal datang, aku bisa pulang ke rumah kosku. Tapi saat Oki minta ditemani tidur jam 8 malam mas Jamal tak kunjung pulang. Hujan pun turun cukup deras waktu itu. Aku menidurkan Oki di kamar mbak Ina, sedangkan Ika sedang sibuk mengerjakan PR. Saat menidurkan Oki itulah aku kemudian ketiduran juga.

Tiba-tiba dalam tidurku aku merasakan nikmat yang sudah lama tak pernah kurasakan. Aku tak kuasa membuka mataku. Apalagi kamar dalam keadaan remang-remang dan udara dingin dari AC di kamar, kukira aku sedang bermimpi.



Dalam mimpiku, seorang laki-laki memainkan bagian bawah tubuhku dengan lidahnya. Cukup lama ia melakukan itu hingga membuatku tubuhku menggelinjang dan tanpa sadar kubuka lebar kedua kakiku agar laki-laki itu makin leluasa memberiku kenikmatan.

Aku baru membuka mataku lebar-lebar saat kurasakan sesuatu menghunjam bagian sensitif tubuhku. Dalam keremangan samar-samar kulihat seorang laki-laki yang sudah sangat kukenal sosoknya menindihku pelan sambil menggoyangkan pinggulnya. Ya, mas Jamal laki-laki itu. Ia tak mengenakan sehelai bajupun. Aku tersentak kaget bukan kepalang. Aku tak menduga kalau ia bakal melakukan itu padaku.

Secara spontan aku meronta dan mencoba mendorong tubuhnya agar ia menghentikan perbuatannya saat ia mencumbui leher dan dadaku. Tapi entah kenapa aku seperti tak punya daya. Justru saat meronta itu aku merasakan kenikmatan yang spontan membuatku mendesah. Nalarku seolah berada di persimpangan, antara marah dan hasrat yang meletup-letup akibat sensasi nikmat yang kurasakan saat aku masih setengah sadar tadi.
cari facebook saya
 Meski mulutku tak henti-hentinya mengatakan “Jangan, mas” atau “Sudah, mas”, tapi kenyataannya batinku berharap sebaliknya. Akal sehatku sudah lebur dalam panasnya api birahi seiring dengan goyangan tubuh mas Jamal di atasku yang makin cepat hingga ranjang tempat kami bergumul berguncang keras.

Aku hampir mencapai klimaks ketika tiba-tiba mas Jamal menghentikan aksinya. Aku hanya memandangnya dengan tatapan kosong saat mas Jamal mencabutnya lalu turun dari ranjang. Kupikir ia sudah selesai, padahal kulihat miliknya masih berdiri tegak. Ternyata ia mengambil kasur lipat di bawah ranjang lalu menggelarnya di lantai. Tampaknya ia khawatir guncangan di ranjang akan membuat si kecil terbangun, sehingga segera mengambil keputusan untuk pindah arena.

Dan ketika mas Jamal mengulurkan tangannya sebagai isyarat agar aku pindah ke kasur lipat dan memintaku untuk pindah posisi di atas sambil kedua tangannya melucuti dasterku, aku menurut saja seperti kerbau dicocok hidungnya. Bahkan aku membantunya mengepaskan miliknya agar bisa segera masuk.

Karena leluasa bergerak, aku jadi makin kehilangan kontrol dan entah sadar atau tidak tubuhku makin kencang bergoyang di atas tubuh mas Jamal, sementara jemari tangannya menjelajahi setiap jengkal tubuhku, termasuk meremas dadaku dengan penuh gairah.

Kemudian mas Jamal duduk dengan tubuhku masih di atasnya dan lidahnya yang hangat langsung menjelajahi dan sesekali menghisap dadaku secara bergantian. Meski begitu aku tak bisa menghentikan gerakan tubuhku karena aku merasakan hentakan birahi yang kian memuncak.

Aku memekik tertahan dan tubuhku meregang manakala kucapai klimaks. Aku memperlambat goyanganku agar bisa menikmati orgasmeku, tapi mas Jamal kembali berbaring terus menggoyang tubuhnya sambil menaik-turunkan bokongku. Mau tak mau, aku pun mengikuti irama yang dibuat mas Jamal.

Walau letih telah mendera, tapi aku masih ingin mereguk lebih banyak lagi. Kurebahkan tubuhku di dada mas Jamal yang bidang dan berbulu lembut, lalu kupagut bibirnya dengan penuh nafsu saat puncak kenikmatan kembali tumpah ruah memenuhi sekujur tubuhku.

Setelah puas saling pagut, mas Jamal memintaku untuk mengambil posisi nungging agar ia bisa melanjutkan hunjamannya dari belakang. Mula-mula ia melakukan pelan-pelan dan makin lama makin cepat. Kenikmatan yang luar biasa kembali merasukiku dan aku tak kuasa untuk tak memekik saat puncak kepuasan mengoyakku untuk ke sekian kali.

Begitu kurebahkan tubuhku, mas Jamal langsung menancapkan kelelakiannya padaku yang sudah sangat basah. Kali ia menyerangku dengan hunjaman cepat tapi teratur. Kudengar desah dan nafasnya makin memburu pertanda ia hendak mencapai puncak kenikmatan. Gairahku pun kembali meletup-letup. Kedua tanganku merengkuh bokongnya, mengikuti irama guncangannya sambil sesekali mendorongnya agar melesak lebih dalam.
cari facebook saya
Dan malam itu aku membuktikan satu hal, bahwa mas Jamal adalah seorang laki-laki sempurna. Ia tak Cuma baik dan dermawan. Mas Jamal juga seorang laki-laki yang sangat menyayangi keluarganya. Ia juga pekerja keras. Selain itu, ia perkasa di ranjang. Jika kuhitung-hitung, mungkin sekitar 4 atau 5 kali orgasme kurasakan saat mas Jamal memuntahkan lahar panasnya ke perut hingga dadaku disertai erangan panjang. Mungkin itu karena kegemarannya bermain voli dan futsal hingga membuat nafasnya begitu kuat. Apalagi ia tidak merokok.

Aku terkapar dengan nafas tersengal dan saat itulah akal sehatku kembali muncul. Terbayang di benakku wajah mbak Ina hingga membuatku merasa bersalah. Aku juga malu pada mas Jamal, karena tadi menolak, belakangan justru pasrah saja disuruh gaya macam-macam. Jangan-jangan, setelah kejadian itu ia menganggapku perempuan murahan, pikirku saat itu. Tak terasa, air mataku pun menitik.

Waktu mas Jamal hendak memelukku, aku spontan membalikkan tubuh memunggunginya. Tak kupedulikan cairan hangat di tubuhku mengalir ke kasur. Mas Jamal tampaknya tahu gejolak perasaanku. Dengan lembut dipeluknya tubuhku dari belakang, diciuminya rambutku, sambil menanyakan apakah aku menyesal melakukan itu. Aku mengangguk lemah di sela isakanku. Kembali ia berbisik, kalau ia khilaf dan meminta maaf padaku.


Kemudian, sambil berbaring memelukku, mas Jamal cerita, ketika pulang lembur sekitar jam 1 malam, ia melihatku tertidur di samping Oki dengan dasterku sedikit tersingkap. Tadinya ia ingin membenahi dasterku, tapi ketika tangannya terjulur ke arahku, aku beringsut menghadap ke arahnya hingga membuat dasterku makin tersingkap. Celana dalam hitam yang kukenakan membuat kelelakiannya tergugah.

Apalagi, katanya, aku tidur agak sedikit mengangkang. Ia yang baru mandi dan masih bersarung handuk tak kuasa menahan birahinya. Itulah sebabnya kemudian ia nekad meraba lalu menciumi bagian bawah tubuhku dan karena aku tak menunjukkan tanda-tanda terbangun, pelan-pelan ia melepas celana dalamku dan mulai memainkan lidahnya di sana.

Ia makin bernafsu karena mendengarku mendesah. Mas Jamal mengira aku senang dengan apa yang dilakukannya padaku.artikel cinta

Kenikmatan yang kukira mimpi itu ternyata benar-benar terjadi dan birahiku sudah terlanjur bergolak untuk menolaknya.

Sejak kejadian itu aku selalu dihinggapi perasaan bersalah setiap kali bertemu mbak Ina. Aku telah mengkhianati kepercayaannya dengan menyerahkan tubuhku kepada mas Jamal meski aku tak pernah merencanakan atau membayangkan sebelumnya. Namun di sisi lain, dalam kesendirianku kerap muncul bayang-bayang pergumulanku dengannya hingga membuat perasaanku pada mas Jamal campur aduk, antara benci dan rindu.

Dua hal itu bagaikan dua sisi mata uang yang selalu menghantui benakku. Hati kecilku tak dapat memungkiri, bahwa kebutuhan biologisku yang telah lama tak tersalurkan terbayar lunas oleh mas Jamal malam itu.

Tapi aku tak mau larut dalam dualisme perasaan itu. Bagaimanapun aku tak mungkin memiliki mas Jamal. Aku mulai membuka diri pada mas Adit. Ia sangat baik, sabar dan penuh perhatian. Lagipula anak laki-laki semata wayangnya yang berusia 13 tahun maupun kedua orang tua mas Adit menerima kehadiranku di tengah-tengah mereka. Itulah sebabnya aku tak menampik ketika ia nyatakan ingin melamarku.

Aku menikah dengan mas Adit tepat delapan bulan sejak “cinta satu malam”ku bersama mas Jamal terjadi. Dengan mas Adit aku mendapatkan 1 anak perempuan dan saat ini aku sedang hamil lagi.

Tak banyak yang jadi harapanku selain bahwa rumah tangga keduaku ini akan mampu bertahan hingga akhir hayatku, walau dengan membawa kenangan “dosa terindah” sebagai salah satu “noda” dalam perjalanan hidupku.
(chord satu,foto hot melinda, cinta j, paula suarez model, melinda dangdut, kekasih cristiano ronald)